Jumat, 26 Oktober 2012

Bukan Puncak, Tapi Pengalaman yang Utama



Pemberhentian terakhir di gunung tentu saja puncak, tidak heran jika banyak pendaki yang menjadikanya pencapaian disetiap perjalananya. Namun, hal ini tidak berlaku bagi saya dan dua kawan saya ketika mendaki Lawu.

Berangkat malam hari, sabtu 13 oktober 2012 saya berinisiatif mengajak tiga kawan saya, Sadam, Petrik dan Samuel. Kawan saya yang terakhir akhirnya tidak bisa ikut karena masih berkutat dengan tugas kuliahnya. Sorry bro, haha ..

Sadar waktu semakin sore, Saya mengajak Sadam bergegas ke tempat Petrik untuk mengambil tas dan kemudian ke tempat persewaan perlengkapan, setelah Saya dan Sadam berunding akhirnya kita memutuskan untuk menyewa satu tenda yang isinya bisa empat orang. Bagaimana alat masak nya ?? Saya berinisiatif untuk membeli panci saja, nanti kompor bikin perapian, oke Sadam setuju.

Setelah itu Saya, Sadam dan Petrik berkumpul di tempat Samuel sekitar jam 6 sore. Saat itu kita belum sewa tenda, biar nanti aja pas mau berangkat, inisiatif Sadam. Kami bertiga pun mengumpulkan iuran untuk membeli logistik, akhirnya terkumpul sekitar 60.000 rupiah, termasuk Samuel juga yang akhirnya ikut menyumbang, haha .. Kita pun membagi tugas, Saya dan Petrik membeli logistik, Sadam menyewa tenda.

Sekitar jam 8 kita berangkat dengan berbekal peta dari google map yang sebelumnya saya print di warnet. Oiya, sebenarnya rencana awal saya adalah mengajak mereka ke Merbabu karena Petrik sudah beberapa kali kesana dan tahu jalannya, tapi Petrik malah mengajak ke Lawu, dan kita bertiga belum ada yang pernah kesana, tak tahu jalan.


Singkat cerita, kita sampai di Tawangmangu sekitar jam 12 malam, saat itu sampai terminal (kalau gak salah) kita berhenti dan bertanya jalan kepada penduduk sekitar. Berbekal petunjuk dari penduduk, Sadam memimpin perjalanan naik turun dan berkelok-kelok, dan akhirnya kita sampai di Cemara Kandang, padahal tadinya kami diberitahu jalan yang Cemara Sewu*. Yasudahlah ..

Jam 1 dini hari, ada beberapa orang di pos ini, kayaknya orang-orang perhutani. Kami pun mendapat info kalau Lawu sedang kebakaran. Kecewa, karena tidak diperbolehkan naik. Tapi, kita tetap merencanakan naik besok pagi-pagi, kami pun akhirnya memutuskan tidur di pos ini.

Keesokan harinya, sebelum orang-orang pos bangun, sekitar jam 6 pagi kami mendaki. Keadaan Lawu memang terlihat masih rimbun, banyak suara burung-burung, tapi trek pendakian kali ini terasa sangat memacu jantung, bahkan Petrik pun sudah tak berminat untuk sampai ke puncak, kami pun memutuskan beristirahat untuk sarapan, padahal belum sampai pos 1, haha ..

Memasak menggunakan perapian, menjadikan kami bertiga mengobrol hangat dan akrab, sesekali bercanda melupakan rutinitas kuliah dan kerja. Ini merupakan pengalama pertama membuat perapian untuk memasak, kata Petrik. Biasanya pake kompor, katanya meneruskan.

Berjalan cukup jauh dari tempat kita istirahat, kita menemukan trek yang terlihat arang di kanan kiri akibat dari kebakaran, abu pun menempel di kedua kaki. Akhirnya kita sampai di Pos 1 sekitar jam 10 siang, terik panas matahari dan cemas terhadap keadaan hutan membuat kita bergegas untuk menuju pos 2.

Diperjalanan sempat kita melihat beberapa burung yang mendekat, dan bertemu dengan seekor hewan mirip musang yang baunya gak enak (kata Sadam dan Petrik), kayak gini penampakanya :


Oke, setelah itu kita akhirnya sampai di pos 2. Setelah berdiskusi akhirnya kita memutuskan untuk tidak menggunakan tenda, sayang sekali sudah sewa. Kami pun hanya mencari tempat teduh untuk istirahat dan makan siang. Disini Sadam mengutarakan keinginanya untuk mendaki Lawu lagi lain kali, dan harus sampai puncaknya, sedangkan Petrik merasa tak mau lagi mendaki Lawu setelah dia tahu bagaimana treknya, dia merasa sudah puas bisa melakukan perjalanan dan mendapatkan pengalaman di perjalanan kali ini.

Akhirnya kita pun bersepakat untuk turun setelah makan, mengingat sudah siang dan keadaan hutan yang tidak kondusif. Saya sendiri merasa sudah cukup senang dengan mendapatkan pengalaman baru bertemu dengan hewan lucu tapi berbau busuk, melihat sisa-sisa kebakaran hutan, dan tentunya pengalaman-pengalaman lain dari pejalanan ini.

Setiap perjalanan pasti akan memberikan pengalamannya, tempat bisa sama tapi pengalaman yang diberikan kita tak pernah tahu ,.

*Cemara Sewu ternyata tidak jauh dari Cemara Kandang, hanya beberapa ratus meter. Fakta ini saya dapat setelah pulangnya mencoba melewati jembatan yang menjadi perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur.

2 komentar:

  1. bolehkah saya usul, jika saya menitipkan tulisan saya mengenai gunung semeru di blog ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. oleh ra bro .. ndi tulisanmu ??

      Hapus